Selasa, 16 Oktober hari bersejarah dalam perjalanan
menggapai impianku. Ya, hari itulah salah satu mimpiku yang telah ku tuliskan
dalam hati, pikiran dan papan mimpiku beberapa tahun yang lalu dan sampai saat
ini masih tertempel di almari ruang mimpiku akhirnya atas kuasaNya mimpi itu
terwujud. Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan? Alhamdulillah wa
syukurilah ku bersujud atas karunia Allah yang tiada pernah putus. Di sepertiga
malam sebelum ku meninggalkan rumah, Alhamdulillah Allah mengijinkan saya untuk
mengawali hari ini dengan pertemuan indah denganNya. Terimakasih juga untuk
temen2 lazis yang dengan surat cinta yang kalian tuliskan untukku membuatku
penasaran membacanya sehingga ku segera bangun dari tidurku. Indahnya hari ini
ya rabb, berbekal buku yang kuniatkan untuk membantu mengikat ilmu dan kisah
perjalananku, ku memantapkan hati untuk belajar menjadi seorang penulis.
Matahari pun mulai menampakkan sinarnya, ku mulai
bergegas siap-siap untuk berangkat ke bandara adi sucipto. Gamis batik lazis
uns yang sudah ku siapkan untuk menemani perjalanan pertamaku menuju bumi
pengabdian ketika mau saya pakai ternyata malah jatuh di kamar mandi wal hasil
basah dan kotor akhirnya dengan berat hati ku tinggal dirumah dan alhamdulillah
masih ada jaket dan surat cinta dari temen2 sekaligus kado buku, dan tempat
minumnya yang tak lupa menemani perjalananku. Maaf untuk teman2 bidang AA, saya
kira jam tangan dari kalian sudah masuk ke tasku tapi tenyata sesampai di istana mungilku
saya cari tidak ada dan ternyata tertinggal di atas printer di ruang mimpiku.
Semoga tidak mengurangi arti dari pemberian itu, karena alhamdulillah
teman-teman liqo juga memberiku jam tangan untuk mengingatkanku agar lebih disiplin dalam hal waktu dan sampai saat
ini masih menemani perjalananku meski tak pernah menempel di tanganku tapi saya
manfaatkan ketika di kos.
Saat-saat perpisahan yang mengharukan pun tak
terlewat, sms yang berisi penyemangat dan doa pun mengiringi perjalananku
boyolali-jogja. Terimakasih teman-temanku. Setelah menanti beberapa puluh menit
akhirnya petugas bandara pun memanggil para penumpang yang mau naik pesawat
menuju surabaya. Pelukan erat dan kecupan hangat meluluhlantahkan hati dan
jiwaku yang kala itu berusaha ku tenangkan dengan sholat dhuha, sehingga air
mata pun tak terbendung. Tak ku pedulikan orang-orang disekitar, ku terus
menunduk untuk menyembunyikan rasaku. Itu pertama kalinya ibuku memelukku erat
setelah empat tahun silam dalam moment yang hampir sama.
---- ya awal juga tetapi itu awal kali ku ingin menggapai mimpi S1ku.
Di malam itu disaat bapakku tak menyetujuiku kuliah padahal telah ku putuskan
untuk keluar dari pabrik tempatku bekerja di Jakarta ku balik ke Solo untuk
meraih mimpi itu tapi bapak masih tidak merestui. Disaat itu ibu yang
menguatkanku. Ya rabb ketika mengingat peristiwa itu tak terbayang bisa seperti
sekarang ini. Ya rabb terimakasih. Inilah skenario terindah yang engkau
tuliskan untukku ya rabb. Ku semakin yakin dengan makna ‘man jadda wa jadda’.
Pelukan erat itu memompakan semangat dalam dada untuk membuktikan bahwa ku bisa
meraih mimpiku meski tak dibiayai bapak. Atas dukungan ibu, keesokan harinya
saya nekat daftar ulang karena itu hari terakhir daftar ulang juga. Capek
setelah menempuh perjalanan jakarta-solo tak kurasa, yang ada hanya semangat
dalam dada untuk meraih mimpiku. Ku menemui kasubag pendidikan dan akhirnya
atas ijin Allah ku diperbolehkan membayar 1,7 juta dari 2,7 yang 1juta boleh
dibayar cicil 6 bulan. Dari awal ku telah berazam untuk bisa mandiri membiayai
kuliah. Karena saya tak tega jika hanya ibu yang membiayai. Alhamdulillah allah
membukakan jalan ku untuk mendapatkan beasiswa. Diawal telah mendapatkan
keringanan BOP sehingga tinggal membayar 500rb untuk kekurangannya, lalu mulai
ku dapatkan info beasiswa. Disaat2 penantianku antara harap dan cemas,
alhamdulillah saya diberi tahu kalau saya lolos seleksi beasiswa BPD LAZIS, di
saat itu saya juga mendaftar beasiswa astra. Pada hari yang sama, setelah saya
pergi ke LAZIS menemui mb esti, saya bertemu dengan teman saya, khoim, dia
memberitahukan kalau saya juga lolos seleksi beasiswa astra. Ya
rabb...alhamdulilllah syukurku tiada terkira engkau telah memberikan kemudahan
jalan bagiku untuk menggapai mimpiku. Bahagia rasanya bisa membuktikan kepada
bapak bahwa saya bisa. Akhirnya ku putuskan untuk mengambil beasiswa astra, lega
rasanya karena beasiswa astra itu berlaku sampai lulus. Saat menerima beasiswa
itu saya baru semester dua. Untuk biaya keseharianku, dengan pertolongan Allah
ku mulai mengajar les dan jualan pulsa. Alhamdulillah dengan itu, ibuku tak
memikirkan lagi biaya kuliah dan biaya keseharianku. Ibuku begitu bahagia
tetapi juga iba kepadaku karena meliat saya udah berusaha mencari biaya kuliah
sendiri tetapi bapak belum menerima dan akhirnya saya harus menuruti keinginan
bapakku yaitu untuk mencoba STAN lagi yang pada akhirnya Allah masih
berkehendak untuk ku meneruskan pendidikanku di UNS. Terimakasih nikmah yang
telah memberikanku informasi beasiswa
astra, terimakasih keluarga lazis uns-----
Sampai saat ini ketika ku rindu dengan ibu dan baru down, moment
itulah yang terbayang dalam pikiranku. Ku bayangkan seolah2 ibuku berada
didekatku dan memelukku dengan erat. Dengan diiringi lambaian tangannya ku
melangkah menuju ruang tunggu.
Perjalanan berlanjut, dengan langkah pasti ku bawa
semangat dalam diri ini dan diiringi doa dari ibunda tercinta ku melanjutkan
perjalanan menuju bumi pengabdian. Terbayang dalam wajah dan pikiran siswa-siswa
yang begitu bersemangat mencari ilmu,
guru-guru yang ikhlas mendidik calon pemimpin bangsa ini serta sistem
pendidikan yang sederhana dan rapi yang bersatu padu dalam proses pembelajaran
yang bermakna. Setelah melewati ruang angkasa dan menempuh perjalanan darat
yang berliku-liku dikelilingi pemandangan yang begitu indah layaknya kehidupan
ini, akhirnya sampai juga di tempatku membuktikan kesungguhanku untuk
menumpahkan segala potensi menjadi pendidik sejati dan menebar kebermanfaatan.
Ya, iniah awal ku mulai menorehkan kesungguhanku untuk menjadi seorang pendidik
di daerah. Salah satu mimpi yang telah ku tuliskan dalam papan mimpiku lima
tahun silam. Alhamdulillah, lagi-lagi nikmat Allah yang manakah yang kamu
dustakan? Pertanyaan ini yang selalu ku tancapkan dalam relung hati ini untuk
memacu jiwa ini agar senantiasa dalam lingkar kesyukuran. Allah memberikan
kesempatan pertama kepadaku di SMK Negeri 1 Kolaka. Kolaka, sebuah nama
kabupaten yang baru ku dengar sesaat sebelum menginjakkan kaki ini di kabupaten
ini. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten yang terkenal dengan coklat
dan nikelnya. Disini pula terdapat BUMN yang menjadi salah satu obyek vital
pendapatan negeri ini yaitu ANTAM yang merupakan singkatan dari Aneka Tambang.
Selain coklat dan nikelnya, daerah ini juga kaya akan hasil perkebunan dan
hasil alam lainnya. Ketika kita lihat kondisi alam yang begitu kaya akan SDAnya
pastilah kita akan berfikir masyarakatnya makmur dan sejahtera. Namun,
kenyataan berkata lain, masih banyak masyarakat miskin, jalan-jalan yang belum
diaspal, fasilitas pelayanan umum yang kurang, pendidikan yang belum maju.
Sungguh ironi sekali, Allah melimpahkan banyak nikmat untuk negeri ini tetapi
sayangnya justru masyarakat terlena dengan kenyamanan ini sehingga tanpa
disadari pelan-pelan diambil oleh orang-orang luar. Banyak faktor yang
menyebabkan hal ini terjadi diantaranya yaitu karakter masyarakatnya. Dari
pengamatan di lingkungan sekitar, masyarakat di daerah ini mayoritas masih
berorientasi menjadi PNS. PNS masih menempati posisi nomor satu di hati
masyarakat. Entah virus apa yang bersemayam sehingga prioritas ini masih tetap
bertahan menjadi nomor satu. Itulah gambaran singkat dari salah satu kabupaten
yang berada di sebelah tenggara dari pulau yang berbentuk ‘K’, ya Sulawesi
Tenggara.
Disinilah tempatku membuat jejak-jejak mimpiku selama kurang lebih 4
bulan. Waktu yang begitu singkat saya rasa untuk bisa mendapatkan ruh
pengabdian. ‘Pengabdian’ kata yang berasa dari kata dasar ‘abdi’ dan berimbuhan
pe-an. Abdi yang mempunyai arti menyerahkan segala apa yang dimiliki untuk
kepentingan rakyat tanpa pamrih dan pe-an yang mempunyai arti proses. Begitulah
mengapa pengabdian itu membutuhkan keikhlasan dan merupakan sebuah proses untuk
mendapatkan makna dari pengabdian itu sendiri.
Di sepanjang jalan menuju SMK Negeri 1 Kolaka,
terbayang dalam pikiranku gambaran pendidikan seperti dalam laskar pelangi. Ku
ajak otakku untuk berfikir positif agar muncul sugesti yang positif juga dalam
diriku. Alhamdulillah wa syukurilah, itulah kata yang kubisikkan pertama kali
dalam relung hatiku sesaat setelah ku sampai di depan SMK Negeri 1 Kolaka.
Nampak dari luar, taman bunga yang menghiasi halaman depan dan ketika masuk ke
dalam disambut senyuman oleh kepala sekolah. Yupz, senyuman pertama inilah yang
menentramkan hatiku membuatku berani mengekuarkan kata perkata dan inilah
peletup semangatku untuk menjalani hari-hari selama 120 hari ku disini. Di
istana kepala sekolah, selama beberapa menit ku mulai merajut mimpi dalam
pikiranku. Disitu pula awal perkenalanku dengan beberapa wakil kepala sekolah
dan guru-guru. Semangat meletup tetapi
ada ketakutan juga menggelayuti hatiku pada pertemuan ini. Tangan ini serasa
berat ketika harus berjabat tangan dengan guru laki-laki. Disinilah kelemahan
imanku terlihat, ku tak mampu mempertahankan prinsip untuk tidak berjabat tangan
dengan lawan jenis. Perasaan bercampur antara berusaha menghormati sebagai
pendatang dan takut itu menyalahi aturan. Yupz, kesalahan yang harus saya ingat
nantinya ketika saya berada di daerah baru. Bagaimana kondisinya, takut pada
Allah itu yang dinomor satukan. Setelah berkenalan dan mengutarakan maksud dan
tujuan kedatanganku disini, lantas ku diantarkan untuk mencari istana tempatku
berteduh selama 4 bulan disini. Lagi-lagi hatiku berdegup kencang karena mau
tidak mau saya harus membonceng laki-laki yang bukan muhrim. Sosok laki-laki
ini tak asing bagiku, pernah ku lihat sebelumnya ketika ku masih kuliah dulu.
Dulu pernah berkata dalam hati mengutarakan pendapatku ketika ku pertama
kalinya melihat orang ini. Tak ku bayangkan ternyata ku bertemu lagi dengan
orang ini. Yupz, dia kakak tingkatku semasa kuliah tapi tak pernah ku
mengenalnya sebelumnya. Hanya sekali itu ku lihat ketika satu kelas dalam
perkuliahan prof. Sigit. Kaget dan tak terbayang sebelumnya kalau saya harus
mengalami moment seperti ini. Ku kondisikan perasaanku dan wajahku agar tak
terlihat kegugupanku. Maafkan saya ya rabb atas kelemahan diri ini. Apa ini
balasan dari komentarku dulu ketika melihatnya meski hanya ku katakan dalam
hati, entahlah saya tak tahu.
Sekitar lima belas menit perjalanan dari sekolahan
dan menunggu mbak yang akan menampungku di istananya, akhirnya sampai juga di
istana mungil tempatku berteduh selama 4 bulan disini. Ini untuk yang kedua
kalinya saya hidup dirantauan sehingga sudah tidak kaget lagi ketika harus
tinggal di kos yang kondisinya beda dengan ketika di rumah. Bagiku itu tidak
masalah, yang terpenting adalah kebermanfaatannya. Maka nikmat Tuhanmu yang
manakah yang kamu dustakan? Lagi-lagi saya harus bersyukur karena diawal
menapaki perjalanan 4 bulan ini, saya dipertemukan dengan orang-orang yang
begitu baik hatinya. Begitulah Allah membuat skenario yang begitu indah untuk
diri ini. Allah telah menuliskan pula dalam kitab sucinya yang menjelaskan
bahwa allah menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa melainkan untuk
saling mengenal. Masyaallah ayat ini begitu menyentuhku, benar-benar ku rasa
ketika ku jauh dari orang tua, meski orang-orang baru di sekitarku tak ku kenal
sebelumnya tetapi karena serasa senasib sebagai perantau dan sama-sama dari
jawa sudah di anggap seperti saudara sendiri. Terimakasih ku ucapkan untuk
beliau-beliau yang baik hatinya, luhur budinya dan semoga senantiasa berada
dalam lingkaran kasih sayang dan limpahan karuniaNya. Beliau adalah mbak eri
(pemilik istana mungil), mbak dewi (ibu yang selalu menasehatiku), pak sapto
(sosok yang kuanggap sebagai kakakku sendiri). Tak lupa pula mb anis, seorang
yang baru ku kenal disaat2 keberangkatan menuju bumi pengabdian, kakak
seperjuangan yang menorehkan pelajaran bermakna untukku. Terimakasih kakakku
tercinta (berasa punya kakak banyak..hehe). Dalam diamku, banyak pelajaran yang
ku ambil dari njenengan. Semoga Allah menguatkan ukhuwah ini seperti yang terlantun
dalam setiap doa rabithoh di pagi dan senjaku.
‘Sesunggunya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu, berhimpun dalam
naungan cintaMu, bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan menegakkan
syariat dalam kehidupan. Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah
jalan-jalannya. Terangilah dengan cahyaMu yang tiada pernah padam..ya rabbi
bimbinglah kami.
Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu,
hidupkan dengan ma’rifatMu, matikan dalam syahid di jalanMu..Engkaulah
pelindung dan pembela’