Senin, 07 Januari 2013

Sepenggal jejak perjalanan pencarian makna pengabdian (part 1)



Selasa, 16 Oktober hari bersejarah dalam perjalanan menggapai impianku. Ya, hari itulah salah satu mimpiku yang telah ku tuliskan dalam hati, pikiran dan papan mimpiku beberapa tahun yang lalu dan sampai saat ini masih tertempel di almari ruang mimpiku akhirnya atas kuasaNya mimpi itu terwujud. Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan? Alhamdulillah wa syukurilah ku bersujud atas karunia Allah yang tiada pernah putus. Di sepertiga malam sebelum ku meninggalkan rumah, Alhamdulillah Allah mengijinkan saya untuk mengawali hari ini dengan pertemuan indah denganNya. Terimakasih juga untuk temen2 lazis yang dengan surat cinta yang kalian tuliskan untukku membuatku penasaran membacanya sehingga ku segera bangun dari tidurku. Indahnya hari ini ya rabb, berbekal buku yang kuniatkan untuk membantu mengikat ilmu dan kisah perjalananku, ku memantapkan hati untuk belajar menjadi seorang penulis.
Matahari pun mulai menampakkan sinarnya, ku mulai bergegas siap-siap untuk berangkat ke bandara adi sucipto. Gamis batik lazis uns yang sudah ku siapkan untuk menemani perjalanan pertamaku menuju bumi pengabdian ketika mau saya pakai ternyata malah jatuh di kamar mandi wal hasil basah dan kotor akhirnya dengan berat hati ku tinggal dirumah dan alhamdulillah masih ada jaket dan surat cinta dari temen2 sekaligus kado buku, dan tempat minumnya yang tak lupa menemani perjalananku. Maaf untuk teman2 bidang AA, saya kira jam tangan dari kalian sudah masuk ke  tasku tapi tenyata sesampai di istana mungilku saya cari tidak ada dan ternyata tertinggal di atas printer di ruang mimpiku. Semoga tidak mengurangi arti dari pemberian itu, karena alhamdulillah teman-teman liqo juga memberiku jam tangan untuk mengingatkanku agar  lebih disiplin dalam hal waktu dan sampai saat ini masih menemani perjalananku meski tak pernah menempel di tanganku tapi saya manfaatkan ketika di kos.
Saat-saat perpisahan yang mengharukan pun tak terlewat, sms yang berisi penyemangat dan doa pun mengiringi perjalananku boyolali-jogja. Terimakasih teman-temanku. Setelah menanti beberapa puluh menit akhirnya petugas bandara pun memanggil para penumpang yang mau naik pesawat menuju surabaya. Pelukan erat dan kecupan hangat meluluhlantahkan hati dan jiwaku yang kala itu berusaha ku tenangkan dengan sholat dhuha, sehingga air mata pun tak terbendung. Tak ku pedulikan orang-orang disekitar, ku terus menunduk untuk menyembunyikan rasaku. Itu pertama kalinya ibuku memelukku erat setelah empat tahun silam dalam moment yang hampir sama.
---- ya awal juga tetapi itu awal kali ku ingin menggapai mimpi S1ku. Di malam itu disaat bapakku tak menyetujuiku kuliah padahal telah ku putuskan untuk keluar dari pabrik tempatku bekerja di Jakarta ku balik ke Solo untuk meraih mimpi itu tapi bapak masih tidak merestui. Disaat itu ibu yang menguatkanku. Ya rabb ketika mengingat peristiwa itu tak terbayang bisa seperti sekarang ini. Ya rabb terimakasih. Inilah skenario terindah yang engkau tuliskan untukku ya rabb. Ku semakin yakin dengan makna ‘man jadda wa jadda’. Pelukan erat itu memompakan semangat dalam dada untuk membuktikan bahwa ku bisa meraih mimpiku meski tak dibiayai bapak. Atas dukungan ibu, keesokan harinya saya nekat daftar ulang karena itu hari terakhir daftar ulang juga. Capek setelah menempuh perjalanan jakarta-solo tak kurasa, yang ada hanya semangat dalam dada untuk meraih mimpiku. Ku menemui kasubag pendidikan dan akhirnya atas ijin Allah ku diperbolehkan membayar 1,7 juta dari 2,7 yang 1juta boleh dibayar cicil 6 bulan. Dari awal ku telah berazam untuk bisa mandiri membiayai kuliah. Karena saya tak tega jika hanya ibu yang membiayai. Alhamdulillah allah membukakan jalan ku untuk mendapatkan beasiswa. Diawal telah mendapatkan keringanan BOP sehingga tinggal membayar 500rb untuk kekurangannya, lalu mulai ku dapatkan info beasiswa. Disaat2 penantianku antara harap dan cemas, alhamdulillah saya diberi tahu kalau saya lolos seleksi beasiswa BPD LAZIS, di saat itu saya juga mendaftar beasiswa astra. Pada hari yang sama, setelah saya pergi ke LAZIS menemui mb esti, saya bertemu dengan teman saya, khoim, dia memberitahukan kalau saya juga lolos seleksi beasiswa astra. Ya rabb...alhamdulilllah syukurku tiada terkira engkau telah memberikan kemudahan jalan bagiku untuk menggapai mimpiku. Bahagia rasanya bisa membuktikan kepada bapak bahwa saya bisa. Akhirnya ku putuskan untuk mengambil beasiswa astra, lega rasanya karena beasiswa astra itu berlaku sampai lulus. Saat menerima beasiswa itu saya baru semester dua. Untuk biaya keseharianku, dengan pertolongan Allah ku mulai mengajar les dan jualan pulsa. Alhamdulillah dengan itu, ibuku tak memikirkan lagi biaya kuliah dan biaya keseharianku. Ibuku begitu bahagia tetapi juga iba kepadaku karena meliat saya udah berusaha mencari biaya kuliah sendiri tetapi bapak belum menerima dan akhirnya saya harus menuruti keinginan bapakku yaitu untuk mencoba STAN lagi yang pada akhirnya Allah masih berkehendak untuk ku meneruskan pendidikanku di UNS. Terimakasih nikmah yang telah memberikanku  informasi beasiswa astra, terimakasih keluarga lazis uns-----
Sampai saat ini ketika ku rindu dengan ibu dan baru down, moment itulah yang terbayang dalam pikiranku. Ku bayangkan seolah2 ibuku berada didekatku dan memelukku dengan erat. Dengan diiringi lambaian tangannya ku melangkah menuju ruang tunggu.
Perjalanan berlanjut, dengan langkah pasti ku bawa semangat dalam diri ini dan diiringi doa dari ibunda tercinta ku melanjutkan perjalanan menuju bumi pengabdian. Terbayang dalam wajah dan pikiran siswa-siswa yang begitu bersemangat mencari  ilmu, guru-guru yang ikhlas mendidik calon pemimpin bangsa ini serta sistem pendidikan yang sederhana dan rapi yang bersatu padu dalam proses pembelajaran yang bermakna. Setelah melewati ruang angkasa dan menempuh perjalanan darat yang berliku-liku dikelilingi pemandangan yang begitu indah layaknya kehidupan ini, akhirnya sampai juga di tempatku membuktikan kesungguhanku untuk menumpahkan segala potensi menjadi pendidik sejati dan menebar kebermanfaatan. Ya, iniah awal ku mulai menorehkan kesungguhanku untuk menjadi seorang pendidik di daerah. Salah satu mimpi yang telah ku tuliskan dalam papan mimpiku lima tahun silam. Alhamdulillah, lagi-lagi nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan? Pertanyaan ini yang selalu ku tancapkan dalam relung hati ini untuk memacu jiwa ini agar senantiasa dalam lingkar kesyukuran. Allah memberikan kesempatan pertama kepadaku di SMK Negeri 1 Kolaka. Kolaka, sebuah nama kabupaten yang baru ku dengar sesaat sebelum menginjakkan kaki ini di kabupaten ini. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten yang terkenal dengan coklat dan nikelnya. Disini pula terdapat BUMN yang menjadi salah satu obyek vital pendapatan negeri ini yaitu ANTAM yang merupakan singkatan dari Aneka Tambang. Selain coklat dan nikelnya, daerah ini juga kaya akan hasil perkebunan dan hasil alam lainnya. Ketika kita lihat kondisi alam yang begitu kaya akan SDAnya pastilah kita akan berfikir masyarakatnya makmur dan sejahtera. Namun, kenyataan berkata lain, masih banyak masyarakat miskin, jalan-jalan yang belum diaspal, fasilitas pelayanan umum yang kurang, pendidikan yang belum maju. Sungguh ironi sekali, Allah melimpahkan banyak nikmat untuk negeri ini tetapi sayangnya justru masyarakat terlena dengan kenyamanan ini sehingga tanpa disadari pelan-pelan diambil oleh orang-orang luar. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya yaitu karakter masyarakatnya. Dari pengamatan di lingkungan sekitar, masyarakat di daerah ini mayoritas masih berorientasi menjadi PNS. PNS masih menempati posisi nomor satu di hati masyarakat. Entah virus apa yang bersemayam sehingga prioritas ini masih tetap bertahan menjadi nomor satu. Itulah gambaran singkat dari salah satu kabupaten yang berada di sebelah tenggara dari pulau yang berbentuk ‘K’, ya Sulawesi Tenggara.
Disinilah tempatku membuat jejak-jejak mimpiku selama kurang lebih 4 bulan. Waktu yang begitu singkat saya rasa untuk bisa mendapatkan ruh pengabdian. ‘Pengabdian’ kata yang berasa dari kata dasar ‘abdi’ dan berimbuhan pe-an. Abdi yang mempunyai arti menyerahkan segala apa yang dimiliki untuk kepentingan rakyat tanpa pamrih dan pe-an yang mempunyai arti proses. Begitulah mengapa pengabdian itu membutuhkan keikhlasan dan merupakan sebuah proses untuk mendapatkan makna dari pengabdian itu sendiri.
Di sepanjang jalan menuju SMK Negeri 1 Kolaka, terbayang dalam pikiranku gambaran pendidikan seperti dalam laskar pelangi. Ku ajak otakku untuk berfikir positif agar muncul sugesti yang positif juga dalam diriku. Alhamdulillah wa syukurilah, itulah kata yang kubisikkan pertama kali dalam relung hatiku sesaat setelah ku sampai di depan SMK Negeri 1 Kolaka. Nampak dari luar, taman bunga yang menghiasi halaman depan dan ketika masuk ke dalam disambut senyuman oleh kepala sekolah. Yupz, senyuman pertama inilah yang menentramkan hatiku membuatku berani mengekuarkan kata perkata dan inilah peletup semangatku untuk menjalani hari-hari selama 120 hari ku disini. Di istana kepala sekolah, selama beberapa menit ku mulai merajut mimpi dalam pikiranku. Disitu pula awal perkenalanku dengan beberapa wakil kepala sekolah dan guru-guru.  Semangat meletup tetapi ada ketakutan juga menggelayuti hatiku pada pertemuan ini. Tangan ini serasa berat ketika harus berjabat tangan dengan guru laki-laki. Disinilah kelemahan imanku terlihat, ku tak mampu mempertahankan prinsip untuk tidak berjabat tangan dengan lawan jenis. Perasaan bercampur antara berusaha menghormati sebagai pendatang dan takut itu menyalahi aturan. Yupz, kesalahan yang harus saya ingat nantinya ketika saya berada di daerah baru. Bagaimana kondisinya, takut pada Allah itu yang dinomor satukan. Setelah berkenalan dan mengutarakan maksud dan tujuan kedatanganku disini, lantas ku diantarkan untuk mencari istana tempatku berteduh selama 4 bulan disini. Lagi-lagi hatiku berdegup kencang karena mau tidak mau saya harus membonceng laki-laki yang bukan muhrim. Sosok laki-laki ini tak asing bagiku, pernah ku lihat sebelumnya ketika ku masih kuliah dulu. Dulu pernah berkata dalam hati mengutarakan pendapatku ketika ku pertama kalinya melihat orang ini. Tak ku bayangkan ternyata ku bertemu lagi dengan orang ini. Yupz, dia kakak tingkatku semasa kuliah tapi tak pernah ku mengenalnya sebelumnya. Hanya sekali itu ku lihat ketika satu kelas dalam perkuliahan prof. Sigit. Kaget dan tak terbayang sebelumnya kalau saya harus mengalami moment seperti ini. Ku kondisikan perasaanku dan wajahku agar tak terlihat kegugupanku. Maafkan saya ya rabb atas kelemahan diri ini. Apa ini balasan dari komentarku dulu ketika melihatnya meski hanya ku katakan dalam hati, entahlah saya tak tahu.
Sekitar lima belas menit perjalanan dari sekolahan dan menunggu mbak yang akan menampungku di istananya, akhirnya sampai juga di istana mungil tempatku berteduh selama 4 bulan disini. Ini untuk yang kedua kalinya saya hidup dirantauan sehingga sudah tidak kaget lagi ketika harus tinggal di kos yang kondisinya beda dengan ketika di rumah. Bagiku itu tidak masalah, yang terpenting adalah kebermanfaatannya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Lagi-lagi saya harus bersyukur karena diawal menapaki perjalanan 4 bulan ini, saya dipertemukan dengan orang-orang yang begitu baik hatinya. Begitulah Allah membuat skenario yang begitu indah untuk diri ini. Allah telah menuliskan pula dalam kitab sucinya yang menjelaskan bahwa allah menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa melainkan untuk saling mengenal. Masyaallah ayat ini begitu menyentuhku, benar-benar ku rasa ketika ku jauh dari orang tua, meski orang-orang baru di sekitarku tak ku kenal sebelumnya tetapi karena serasa senasib sebagai perantau dan sama-sama dari jawa sudah di anggap seperti saudara sendiri. Terimakasih ku ucapkan untuk beliau-beliau yang baik hatinya, luhur budinya dan semoga senantiasa berada dalam lingkaran kasih sayang dan limpahan karuniaNya. Beliau adalah mbak eri (pemilik istana mungil), mbak dewi (ibu yang selalu menasehatiku), pak sapto (sosok yang kuanggap sebagai kakakku sendiri). Tak lupa pula mb anis, seorang yang baru ku kenal disaat2 keberangkatan menuju bumi pengabdian, kakak seperjuangan yang menorehkan pelajaran bermakna untukku. Terimakasih kakakku tercinta (berasa punya kakak banyak..hehe). Dalam diamku, banyak pelajaran yang ku ambil dari njenengan. Semoga Allah menguatkan ukhuwah ini seperti yang terlantun dalam setiap doa rabithoh di pagi dan senjaku.
‘Sesunggunya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu, berhimpun dalam naungan cintaMu, bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan menegakkan syariat dalam kehidupan. Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya. Terangilah dengan cahyaMu yang tiada pernah padam..ya rabbi bimbinglah kami.
Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu, hidupkan dengan ma’rifatMu, matikan dalam syahid di jalanMu..Engkaulah pelindung dan pembela’
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar